Mengenal IOTA, Buku Besar Terdistribusi Selain Blockchain
Kanalcoin.com – Cryptocurrency semakin populer terlebih saat pandemi. Hal ini karena didorong dengan situasi ekonomi yang sedang tak menentu membuat kripto kian jadi solusi pilihan terbaik. Apalagi kripto tidak dikuasai oleh pihak manapun sehingga tidak ada intervensi yang mempengaruhi nilainya.
Kripto juga menjadi mata uang yang bisa digunakan untuk belanja, membayar pajak hingga asuransi di beberapa negara.
Salah satu kripto yang menarik perhatian publik adalah IOTA. IOTA adalah suatu proyek yang dimulai pada 2015 silam. IOTA berbeda dengan bitcoin yang merupakan pioner mata uang kripto. IOTA tidak memiliki blockchain namun menggunakan Directed Acyclic Graph.
Sejarah IOTA
IOTA muncul pada Oktober 2015 yang ditemukan oleh Dominik Schiener, Dr. Serguei Popov, David Sønstebø dan Serge Ivancheglo. IOTA diumumkan pertama kalinya pada forum online Bitcoin.
Awalnya proyek ini dinamakan Jinn Project yang ditujukan untuk mengembangkan hardware dengan biaya rendah namun hemat energi.
Project ini diperuntukan untuk ekosistem IoT yang diadakan pada crowdsale untuk tokennya pada bulan September 2014 lalu.
Semula Jinn Project dikritik karena telah menjual token share profit yang bersifat token sekuritas. Untungnya saat ICO pada 2015 direspon baik oleh khalayak lalu berganti nama menjadi IOTA coin atau IOTA.
Apa Itu IOTA?
IOTA sebenarnya merupakan buku besar terdistribusi yang menggunakan teknologi tangle atau Directed Acyclic Graph. Teknologi ini memungkinkan adanya sistem node dalam mengkonfirmasi transaksi.
Kecepatan yang digunakan dalam mengkonfirmasi transaksi dikatakan lebih cepat ketimbang blockchain pada umumnya. Dikarenakan tidak memiliki blockchain maka tidak ada kegiatan IOTA mining.
Cara kerja IOTA sendiri berbeda dengan kripto lainnya. Segala sesuatunya mampu bekerja sendiri-sendiri sebab memakai sistem dalam mengirim dana dan kontribusi ke jaringan. Untuk memahami cara kerja IOTA kamu bisa menyimak contoh dibawah ini:
- Misalnya saja A ingin mengirimkan dana ke B maka selama transfer A harus mengkonfirmasi transaksi untuk dua orang lainnya yakni C dan D
- Hal ini dilakukan untuk menyumbangkan kekuatan komputer atau jaringan
- Alhasil nantinya jika C dan D ingin mengirim dana mereka juga harus mengkonfirmasi ke dua orang lainnya.
Cara kerja seperti ini memungkinkan banyak orang menggunakan jaringan tanpa batasan. Mekanisme ini dikenal sebagai PoW atau Proof-of-Work.
Transaksi pada dasarnya gratis karena semua orang melakukan kontribusi ke jaringan. Apabila IOTA diterapkan pada industri maka manfaatnya akan terlihat jelas pada contoh dibawah ini:
- Industri A menggunakan IOTA dalam mengiklankan situs perusahaan
- Pengguna yang mengklik situs tersebut akan mendapatkan komisi dengan mengklik situs
- Hal ini membuat pembuat iklan dan pengunjung situs memiliki keuntungan masing-masing
IOTA menjadi pilihan terbaik karena tidak memiliki biaya transaksi serta dapat digunakan untuk pembayaran tagihan mikro maupun makro. Berbeda dengan bitcoin yang menetapkan biaya transaksi.
Untuk pembayaran tagihan mikro biaya transaksinya cenderung lebih besar. IOTA tak hanya mampu mengurangi biaya namun menghemat sumber daya yang dibutuhkan.
Keuntungan Menggunakan IOTA
Jumlah IOTA atau MIOTA yang tersebar saat ini mencapai 2,779,530,283,277,761 koin. Jumlah IOTA tidak akan berkurang maupun bertambah. Harga 1 koin IOTA sendiri saat ini mencapai $0.9312.
Untuk membeli IOTA sendiri kamu bisa menuju beberapa platform seperti Huobi Global, FTX, Binance, OKEx, dan Upbit.
Tokennya sendiri mulai diluncurkan pada Juni 2017 silam. Pada pertama kali peluncurannya di ICO kripto ini mampu mengumpulkan sekitar 1300 BTC dari investor.
Jika diakumulasikan ke dalam bentuk dolar pada waktu itu maka jumlah bitcoin tersebut setara dengan $500.000. Selain tidak ada biaya transaksi IOTA juga menyimpan beberapa keuntungan.
Transaksi IOTA cepat bahkan bisa dikonfirmasi dalam hitungan menit. Bebas biaya sehingga jika kirim 1 sen maka akan terima 1 sen. Didukung dengan jaringan yang didistribusikan secara global sehingga tangguh dan kuat akan serangan. Menggunakan konsensus dalam sistem peer to peer terdesentralisasi.
Sistem ini dikembangkan oleh IOTA Foundation yang ada di Berlin. Tujuan foundation ini adalah membuat perangkat mampu bertukar data dengan nilai gratis dan tidak dapat berubah.
IOTA sangat terukur karena menggunakan DAG yang mengizinkan transaksi ditambahkan dalam paralel. Ditambah lagi adanya signature winternitz IOTA sehingga tahan terhadap komputasi generasi berikutnya.
Tak heran bila IOTA adalah jaringan tahan kuantum. Ia menggunakan trinary ketimbang memakai perhitungan biner. Desainnya seperti sensor sehingga menghemat energi.
Kamu juga berkemungkinan membeli IOTA dalam nominal kecil sehingga investor pemula juga bisa memilikinya dengan modal rendah. Diperkirakan pada 2025 pengguna IOTA mencapai 75 miliar perangkat yang menggunakan token IOTA.
Platform IOTA memiliki skalabilitas yang lebih luas ketimbang bitcoin. Jika blockchain bitcoin dapat menangani 3-4 transaksi per detik maka IOTA mampu melakukan ratusan transaksi dalam hitungan detik.
Hal yang menghambat skalabilitas blockchain bitcoin adalah kemampuan membangun blok itu sendiri sementara IOTA tidak memiliki blockchain.
IOTA adalah solusi bagi kamu yang ingin mencoba berinvestasi di dunia kripto dengan modal rendah. Mendukung transaksi dilakukan lebih cepat dan hemat.
Apakah IOTA Aman Digunakan?
Menggunakan IOTA Indonesia sebenarnya sangat aman untuk dilakukan. Apalagi terdapat IOTA wallet yang mendukung transaksi. IOTA menggunakan teknologi masa depan sehingga tahan terhadap serangan.
Jaringan IOTA terdesentralisasi sehingga jika dikaji secara teoritis maka relatif aman. Selain itu jaringannya juga dianggap anti rusak sehingga aman digunakan dalam waktu lama.
Jadi bagaimana mau berinvestasi pada mata uang ini?
(*)
The post Mengenal IOTA, Buku Besar Terdistribusi Selain Blockchain appeared first on Kanalcoin.
Read more: https://www.kanalcoin.com/mengenal-iota-buku-besar-terdistribusi-selain-blockchain/
Text source: Kanalcoin